Saturday, October 23, 2010

Love, Love, and Love

Bicara tentang cinta emang nggak ada habisnya. Mungkin kalian pernah ngerasain cinta monyet sampe cinta kingkong. Seperti kata Paris Hilton, Love is Blind, oye?

Ingatkah Anda kapan pertama kali Anda jatuh cinta? Saya masih mengingat detail cerita masa muda yang enak untuk dikenang kembali. Mungkin sebagian kurang enak, namun marilah kita anggap sebagai bumbu pelengkap kehidupan sahaja.

Well, who cares how old I was, kelas tiga sekolah dasar saya sudah bisa membuat surat cinta! Kali ini saya sudah berusaha keras menggali, motif apa yang melatarbelakangi saya membuat surat cinta, lalu mengirimkannya! Well, namanya Billy, mirip nama personil Power Rangers yang dulu lagi beken di tivi-tivi. Saya mencoba mengingat kembali, yea, mungkin karena Billy di Power Rangers, ayayay.. Atau mungkin karena pada saat itu saya ingin membuktikan kepada seantero masyarakat, teman, sanak saudara, kalau saya sudah pinter menulis.

Betul, kali ini saya lupa apa detail isi suratnya. Yang saya ingat, surat itu bukan surat cinta seperti yang orang-orang dewasa tulis tentu saja. Berbeda juga dengan surat cinta remaja. Okay, yang saya ingat, setiap kali bertemu Billy, saya hanya berusaha sebisa mungkin supaya dia tidak mengingat-ingat kembali perihal surat-menyurat itu. Namun sayangnya suratku tak berbalas. Mungkin karena Billy waktu itu belum bisa membaca, atau mungkin malu untuk menulis karena tulisannya masih berantakan.

Kurang lebih kelas lima sekolah dasar, saat sedang asyik-asyiknya menonton televisi bersama keluarga, siang hari yang nggak ada tanda-tanda kucing mau jadi unta, tiba-tiba seseorang berteriak kenceng dari arah depan rumah. "Sep dapet salam dari Ari, I love you katanya." Dua kali orang tersebut bilang dapet salam dari Ari. Lalu terdengar suara ribut dan tawa, lalu menghilang. Oke, namanya Ari, tetangga saya.

Sebagai anak kecil yang masi inyis-inyis, saya merasa sedikit ge-er, namun juga nggak percaya. Nggak percayanya lantaran dari sekian banyak anak laki-laki, kenapa harus Ari? Maaf om ya, waktu SD dulu, dia berambut seperti landak, serta berkulit hitam-putih (kulitnya hitam dan berpanu). Haha. Belakangan waktu SMA saya baru sadar bahwa Ari dewasa jauh lebih keren. Mungkin karena frustrasi nggak dapet-dapet pacar, dia akhirnya bermetamorfosis. Rambut landaknya telah turun, panunya menghilang (obat panu udah banyak bo). Kasian dulu cintanya bertepuk sebelah tangan.

Cinta monyet saat SMP muncul saat lawatan ke sekolah lain, sekitar 20 KM dari sekolah saya dulu. Kunjungan sekolah itu hanya berlangsung satu hari full, lengkap dengan pertandingan persahabatan seperti badminton, sepak bola, voli, band performance, dan sepak takraw. Kita sebut saja SMS, sang pemimpin upacara penyambutan pada waktu itu. Keren euy. Berhubung satu-satunya lomba indoor hanya badminton, saya memilih untuk tidak berpanas-panas ria di dalam aula yang dijadikan lapangan badminton tersebut. Eh, SMS juga ada disana. Membawa kamera kesana-sini, macem paparazi aja bah. Haha.

Gila, dari sekian banyak kesempatan untuk mengajak berkenalan, yang saya mampu lakukan adalah menyodorkan buku alamat, lalu memintanya menuliskan biodatanya di buku tersebut. Nama, tanggal lahir, zodiac (jaman dulu zodiac mesti ikutan), alamat, nomer telepon, motto. Yap, dia tulis lengkap. Sampe akhirnya saya dan rombongan sekolah pulang, saya bahkan tidak sempat memperkenalkan diri, so silly. Hal terakhir yang saya tangkep, dia tersenyum lebar sambil menjepretkan kameranya ke arah saya sesaat sebelum memasuki mobil. Pulangnya saya senyum-senyum sepanjang jalan.

Hanya sekali itu pertemuan saya dengan SMS. Beberapa hari kemudian saya beranikan diri untuk menelpon telpon rumahnya. Hari pertama nelpon, saya disambut dengan percakapan singkat yang menyenangkan. It's intoxicated, you know. Haha. Saya jadi rajin menelpon dia setiap saat. Sehari bisa tiga sampai lima kali. Sampe bosen dia. Haha. Setelah itu jawaban-jawabannya nggakasikbangetdotcom. Beberapa minggu kemudian saya lupa.

Cinta yang sedikit lebih dalam saya temui di kelas dua SMA. Dia Ade, yang lengkap dengan semua yang saya sukai pada waktu itu. Dari sekolah yang berbeda, clever enough, dan berbeda dengan sebagian besar laki-laki yang pernah saya temui.

(suasana berubah melow)

Siapa sangka dulu saya akan sangat dekat mengenalnya, dua tahun yang singkat bersamanya.

Bermula dari kegiatan pramuka, saat yang tidak disangka itu saya bertemu dengannya. Dia yang terlihat begitu dewasa, begitu diam, dengan sepeda kerennya (sementara siswa lainnya menggunakan kendaraan bermesin). Dia begitu berbeda, menarik perhatian saya. Lalu siapa sangka setelah pertemuan pertama di kegiatan pramuka tersebut saya akan bertemu lagi dengannya.

Seorang teman sekelas saya (cukup saya kenal) ternyata juga mengenalnya. She arranged the time for me to meet him. Siapa sangka, hari itu dia mengatakan cinta.

Ya, dia hanya begitu berbeda. Dia yang sabar, terkadang diam, namun begitu menyenangkan dengan cerita-cerita serunya, tidak seperti kebanyakan orang lainnya. Mengingatkan saya untuk selalu beribadah lima waktu, membaca basmallah sebelum memulai sesuatu, dan mengucapkan kalimat baik, "Laa ilaha Illallah" setiap kali saya merasa takut. Mengingatkan saya untuk selalu berbakti kepada orang tua. Mengingatkan saya untuk selalu belajar.

Well, it doesn't end that good.

I have a poem, representing him, which is too sad to remember.

Malam Bulan Purnama

Mengingatkan aku akan kebulatan tekad
Semacam obsesi tuk tepati janji dengan penuh
Bulat, penuh, tanpa cacat.

Mengingatkan aku dalam suasana yang diliputi rasa gelap

Yang kemudian menjadi terang karena cahayanya.

Mengingatkan aku pada Maha Karya terapik sepanjang malam
Terpoles make up dan pakaian elok membungkus tubuhnya.

Mengingatkan aku pada perasaan nyaman menyandingnya
Perasaan bahagia bersamanya.

Mengingatkan aku pada kewibawaannya.

Mengingatkan aku pada kebohongannya.


Ya, dia bohong. Dia berjanji, namun tidak menepati. Tahun terakhir SMA, saya harus melanjutkan sekolah jauh darinya. Menceritakannya hanyalah menoreh kembali luka hati yang telah lama tersimpan rapi. Ini hanya terlalu sedih. Maaf. Setelah tahun kedua kuliah, saya tidak lagi bertemu dengannya. Sometimes this missing just too hurts.

My Lord, You Know everything. Please Show me, if something or someone is good enough for me.

1 comment:

  1. Teringat dia saat membaca ulang postingan ini..

    Ya, teman saya yang memperkenalkan kepada Ade adalah Sundari.. sekitar sebulan yang lalu, saya mendapatkan informasi bahwa Sundari telah berpulang.. semoga amal ibadahnya diterima di sisi-Nya.. thank you, Sun..

    ReplyDelete