Tuesday, August 6, 2019

Analogi Ritsleting

Suami dan istri dalam sebuah rumah tangga ibarat dua sisi ritsleting. Barisan gigi-gigi besi yang saling berseberangan. Namun mereka dapat bersatu untuk tujuan yang sama. Ketika tidak ada masalah, maka ia dapat membuka dan menutup dengan sempurna. Dapat dipastikan kedua sisi terpaut satu sama lain saling mengunci. Tapi terkadang kedua sisi tidak dapat saling mengunci meskipun kepala ritsleting sudah digerakkan ke arah yang benar.



Lama digunakan dan mungkin pernah menampung beban berat serta banyak, ritsleting tasku tidak dapat menutup dengan sempurna. Ketika rits terbuka hendak ditutup dan kepala rits bergerak ke kanan, sayangnya kedua sisinya tidak saling bertaut sehingga rits tasku tetap terbuka. Tapi aku tidak kehilangan upaya. Aku coba lagi dengan merapatkan kedua sisi rits dan menggerakkan kepala rits perlahan-lahan dan berulang kali. Jika aku beruntung, maka tasku akan menutup dengan sempurna.

Meski demikian, kita tahu persis, bahwa sekuat apapun kita mengupayakan agar rits tetap tertutup, lambat laun akan ada masanya rits tidak dapat menutup lagi apapun itu yang kita lakukan. Barisan gigi-gigi ritsleting itu tidak lagi saling mencengkeram, dan jika saat itu terjadi, maka ritsleting harus diganti...

Monday, July 29, 2019

Malioboro Nol Kilometer

Malam itu tanpa ada rencana, tiba-tiba saja saya bersama keluarga kecil saya berempat, parkir di depan stasiun Tugu, lalu kami menyewa sebuah becak bermotor ke Selatan melewati Malioboro dan berhenti di perempatan yang mereka sebut Titik Nol. Es krim kacang hijau berlapis coklat yang sudah sekitar setengah jam yang lalu dibeli, baru dibuka ketika memperoleh tempat duduk di sekitar Titik Nol. Tapi sayangnya sebagian kacang hijau sudah meleleh dan lapisan coklat terlepas, tidak bisa menyatu lagi dengan kacang hijau yang masih menempel pada stick.


Bagi sebagian orang, Jogja mungkin memiliki banyak kenangan. Seperti aku, menaiki becak sepanjang Malioboro dan Kraton rasanya seperti mengenang enam tahun lalu ketika aku dan kangmas DSR masih pacaran. Tapi entah kenapa, malam itu di Titik Nol, dan saat berjalan kaki menelusuri Malioboro, mulai dari Titik Nol kembali hingga Stasiun Tugu, ingatanku tiba-tiba kembali ke masa lalu, jauh sebelum bertemu kangmas DSR.

Teman-teman masa kecilku dulu mungkin mengenal Bapak sebagai seorang yang keras. Perawakannya yang tinggi besar, suaranya yang penuh wibawa, dan termasuk agak jarang tersenyum, membuat sebagian teman-temanku takut dengan Bapak. Bapak memiliki caranya sendiri dalam mendidik anak-anak. Termasuk ketegasannya dalam mengatur waktu bermain anak-anaknya di siang hari, agar di malam harinya dapat belajar dengan maksimal. Bapak juga sering cemas menungguku pulang dari bermain dengan teman-teman. Jika aku pulang kesorean, seringkali kulihat Bapak memasang muka tanpa senyumnya berdiri di pintu depan rumah menungguku pulang.

Tahukah kamu, satu hal yang paling aku takuti bukan semata-mata amarah Bapak. Memang Bapak tidak pernah menyakiti fisik setiap kali marah kepadaku, amarahnya hanya berupa rentetan kata-kata, terkadang umpatan khas Jawa Timur jika menurutnya kelakuanku sudah melewati batas. Yang paling aku takuti adalah jika teman-temanku mendengar aku dimarahi.

Malioboro malam itu masih sangat meriah. Musisi jalanan memainkan angklung dan kolintang, memainkan lagu-lagu dengan irama merdu enak didengar. Pedagang kaki lima masih belum menutup dagangannya, padahal malam sudah mendekati pukul sepuluh.

Ingatanku kembali berkelana, sambil sekali kugendong belakang anak lanang yang mulai kelelahan berjalan kaki. Kembali ke masa-masa kelas 2 SMA, saat aku sebagai pengurus OSIS seksi keterampilan dan kewirausahaan memberikan pengumuman terkait rencana pemasangan majalah dinding edisi Valentine. Saat itu aku memasuki satu kelas yang sedang belajar Agama Islam. Ingat bagaimana Bu Guru Agama alih-alih mendukung kegiatan, malah memberiku ceramah tentang perayaan Valentine bagi umat Islam. Padahal saat itu tidak ada sedikitpun niat untuk menyinggung agama ataupun menodai agama dengan pengadaan mading. Yang kami pikirkan hanya papan mading berhiaskan ornamen berwarna pink berisi puisi, cerita pendek, info faktual, dan ucapan-ucapan kasih sayang kepada orang tua, guru, ataupun teman-teman.

Bagian terburuk adalah ketika mendapat kritik keras di depan siswa sekelas yang bukan kelasku sendiri.

Di Titik Nol Malioboro sesaat tadi, si sulung sangat sedih karena lapisan coklat es krim terlepas dari kacang hijau. Dia menangis ketika diberi penjelasan bahwa coklatnya tidak bisa menempel lagi. Aku yang mulai kesal karena setelah diberi penjelasan si sulung tetap menangis, menaikkan suara sehingga tangisan si sulung semakin kencang. Agaknya dia sangat kecewa. Sejak dari mobil menantikan memakan es krim, tapi aku larang karena es krim stick bisa meleleh dimana-mana dan takut mengotori seisi mobil. Maka dia sudah cukup sabar menunggu hingga kami tiba di Titik Nol dan duduk untuk menikmati es krim.

Ah maafkan mama, sayangku. Kamu mungkin merasa tidak nyaman mendapati beberapa orang melihatmu menangis dan kena marah.

Ketika nangisnya tak kunjung reda, aku tanya "Mas mau apa?" Lalu dia jawab, "mau peluk Mama." Aah.. jika pelukan mama bisa menenangkanmu, mama akan peluk, Nak.

Friday, July 26, 2019

Gaji Delapan Juta

Rame bahas gaji delapan juta, aku jadi inget berapa gaji pertamaku dulu. Pertama kali bekerja dan dibayar, stick to schedule, aku mulai sekitar tahun 2008 sekitar awal semester 7 di Palembang. Kerjanya adalah dateng dari rumah ke rumah untuk ngajar les privat. Siswa pertamaku dulu siswa kelas 4 SD di daerah Kenten. Dari Bukit Besar aku harus naik bus Bukit warna biru, turun di sekitar jalan Jenderal Sudirman, nyambung lagi bus Kenten. Saat turun pun masih harus berjalan kaki sekitar 800 m sebelum sampai ke rumah siswa. Ada sih ojeg, tapi rasanya sayang banget harus merogoh kocek lebih dalam untuk memanggil mamang ojeg. Itu rutin saya lalukan dua kali seminggu. 

Satu lagi siswa privatku rumahnya di sekitar belakang SMA Methodist 1. Sekali pertemuan waktu itu dihargai 40ribu untuk siswa SD dan 50ribu untuk siswa SMA. Jika aku datang sebulan 8 kali, dan dipotong 20% untuk penyalur siswanya, maka gajiku sebulan sekitar 576.000. Merasa unfair? Iya sih, terutama karena harus dipotong 20% oleh penyalur. Tapi sebagai mahasiswa dengan jatah uang bulanan 500-600ribu, gaji segitu udah sangat besar bagiku. 

Pun setelah tamat dan mendapatkan gelar S2, gaji pertamaku tidak jauh dari nominal tersebut. Saya ingat sekali nasihat salah satu dosen yang saat itu sudah menjadi rekan kerjaku, beliau mengingatkan tentang ungkapan lama, yaitu "pengalaman itu mahal harganya". Klise memang, tapi sangat mengena saat itu. "Anggap saja kamu digaji 5 juta, dimana 4 jutanya dipotong untuk membayar pengalaman". Dan Alhamdulillahnya, seiring dengan bertambahnya pengalaman, ungkapan itu menepati janjinya. 

Demikianlah sedikit curahan tentang gaji pertamaku. Menurutku, kalau kamu punya skill yang luar biasa, tidak ada salahnya dengan 'menjual mahal' kemampuanmu itu. Yang salah adalah meminta mahal karena embel-embel almamatermu. Sekian 😁

Monday, July 22, 2019

Integritas

Bicara soal gratisan, aku yang masih lemah iman ini sering banget nget tergoda. Kadang hal-hal yang terasa sepele di dunia, sebenernya gede pertanggungjawabannya di akhirat.

Pekerjaan suamiku, kangmas DSR, memungkinkan ia bertemu banyak orang dengan berbagai kepentingan. Ada yang mudah diajak bekerja sama, ada pula yang diem-diem masih aja cari cara supaya bisa lolos dari aturan. Iming-iming gratisan pun bertebaran. Beberapa kali sampe di rumah, meski aku yakin suamiku sudah berusaha keras menolak.

Tak bisa aku bayangkan kalau aku yang bekerja, mungkin aku udah terjerat dalam tumpukan janji-janji gratisan. Aah Alhamdulillah Kau tempatkan aku di rumah Ya Tuhan..



Kali ini, kupon-kupon yang pernah singgah di rumah harus rela menuju tempat pembuangan sampah. Dalam WA suamiku mengetik, "Besok saya belikan dengan uang yang manis." Aaah so sweet ❤

Semoga tulisan ini sekaligus menjadi pengingat di hari kemudian, agar kita selalu berusaha menegakkan integritas dimanapun berada. Aamiin..

Saturday, June 15, 2019

Weekend Escape at the Capital of Bengkulu Part 1

Dua tahun tinggal di kota Bengkulu, rasanya cukup bagi saya untuk menuliskan sedikit review berlibur di kota ini. Area kota Bengkulu tidaklah begitu luas, sehingga traveller yang sengaja berlibur ke kota ini, ataupun sekedar mencuri waktu berwisata ketika sedang bertugas, memungkinkan untuk menjelajah sebagian spot-spot utama.

Menurut saya, berwisata di Bengkulu dapat dikategorikan menjadi dua 'jenis wisata' berbeda. Yakni wisata alam (pantai) dan wisata sejarah. Terakhir saya tinggal di kota Bengkulu adalah pada bulan September 2017. Sehingga, review yang saya tuliskan mengacu pada kondisi pada saat itu.

Bagi penyuka pantai, pesisir timur kota Bengkulu menyajikan pantai berpasir putih yang masih asri dengan pepohonan pinus. Di antaranya Pantai Panjang, Pantai Tapak Paderi, dan Pantai Jakat. Sepanjang Pantai Panjang bahkan dapat diakses gratis alias cuma-cuma. Cukup membayar uang parkir sebesar lima ribu rupiah untuk kendaraan beroda empat, dan kamu bisa sepuasnya menikmati hamparan Samudera Hindia. Sayangnya, demografi pantai yang cukup landai dan adanya ombak besar yang sesekali menghantam tepi pantai, kawasan Pantai Panjang ditandai sebagai zona berbahaya untuk berenang. Tapi tenang, sekedar bermain-main air sedikit masih tetap seru kok, apalagi garis pantainya cukup panjang sehingga memungkinkan mengajak teman-teman untuk bermain sepak bola atau voli di sepanjang Pantai Panjang ini. Tapi selalu waspada ya, jika tiba-tiba air laut pasang dan datang gelombang tinggi.





Waktu yang tepat untuk menikmati pantai, menurut saya adalah sore hari ketika matahari sudah tidak begitu terik, hingga matahari terbenam. Jika kamu datang pada saat cuaca sedang cerah dan tidak ada awan di langit paling timur, kamu akan dapat melihat detik-detik matahari menghilang melewati infinity line (horizon). 

Beberapa spot di Pantai Panjang menyediakan kursi-kursi plastik dan payung lebar untuk dapat dipakai pengunjung secara gratis. Cukup membeli jajanan dari pedagang-pedagang lokal di sekitar pantai, seperti kelapa muda, jagung bakar, roti bakar, bakso, dan lain-lain. 

Bagi kalian pecinta surfing, di utara Pantai Panjang ada Pantai Tapak Paderi (dekat Monumen Pers atau Benteng Marlborough). Ketika weekend tiba, sering terlihat beberapa orang dalam komunitas surfer lokal yang berlatih menggunakan skate board milik mereka. Masih di sekitar area surfing tersebut, warga sekitar mengelola secara mandiri kawasan pantai dan memberi nama Pondok Sandal Jodoh. Dimana mereka secara sukarela mengumpulkan sandal-sandal jepit yang terserak di pesisir pantai, serta menjadikannya spot-spot foto menarik, juga instagramable. Cukup membayar uang parkir kendaraan sekitar lima ribu rupiah untuk memasuki area ini.

Spot Foto di Pantai Tapak Paderi


Ke Utara lagi menyusuri jalan raya di bibir pantai, kamu akan menemukan Pantai Jakat. Jika kamu berlibur bersama anak-anak, the good news is kawasan pantai ini dinyatakan aman untuk berenang. Maka jangan heran jika weekend atau libur tiba, pantai ini akan ramai sekali. Penuh dengan pengunjung dan ban-ban besar yang disewakan. Tapi saya pribadi kurang begitu menikmati pantai ini, selain ramai, deburan ombaknya yang menghantam tepi pantai seringkali membawa pasir berwarna coklat kehitaman. 

Pantai-pantai di pesisir Timur kota Bengkulu ini menurut saya masih cukup otentik dibandingkan dengan pantai-pantai di Selatan Yogyakarta yang setiap pintu masuk pantainya sudah 'dikepung' dengan warung-warung ataupun penginapan, dan dikenakan tiket masuk untuk berwisata. Pasir pantai bengkulu berpasir halus berwarna putih keabuan. Meski pemerintah kota sudah menggalakkan beberapa ASN Pemkot setempat untuk gotong royong membersihkan area pantai setiap hari Jumat, serta mengimbau masyarakat setempat maupun yang berdagang di area pantai untuk menjaga kebersihan, sampah plastik dan ranting-ranting patah masih sering ditemukan di sekitar pantai.

Jika kamu ingin berwisata pantai di Bengkulu dengan suasana yang lebih tenang, saya akan memberikan tiga tambahan tempat wisata, yang salah satunya bisa dibilang hidden beach. Dimanakah lokasi hidden beach di sekitar kota Bengkulu? 😁

Selama menjadi penduduk di kota Bengkulu, saya suka menikmati keheningan Pantai Teluk Sepang Bengkulu yang masih alami dan belum terjamah pemerintah setempat untuk dijadikan objek wisata. Lokasinya cukup jauh dari pusat kota Bengkulu (Google it! Ada link lokasi di Google Map). Pun tidak ada sarana transportasi umum yang bisa membawamu tepat ke pantai ini, sehingga satu-satunya cara mencapainya adalah menggunakan kendaraan pribadi (motor atau mobil pribadi). Sementara bus kurang disarankan, karena perjalanan menuju area ini melewati jalan perkampungan kecil yang sebagian belum beraspal, serta tidak adanya area parkir kendaraan. Sehingga jika kamu ingin mengunjungi pantai ini, kendaraanmu akan diparkir bebas di hutan pinus sekitar pantai. 

Perjalanan yang jauh terbayar dengan pantai yang masih alami dan bersih karena minim sampah plastik, garis pantai yang cukup panjang, pohon pinus yang masih asri, dan terumbu karang di sebagian bibir pantai. Bahkan saya pernah datang kesana ketika tidak ada satupun pengunjung pantai, jadi serasa milik sendiri pantainya, hihihi.. 


Pantai Teluk Sepang Bengkulu

Sunset di Pantai Teluk Sepang

Wisata pantai berikutnya menyuguhkan pemandangan yang berbeda. Kali ini kamu harus berkendara sedikit jauh ke arah Utara Kota Bengkulu. Masuk ke Kabupaten Bengkulu Tengah, kamu akan menemukan Obyek Wisata Pantai Sungai Suci Bengkulu Tengah (Google it to find the location). Walaupun ada kata pantai-nya, tapi sepengamatan saya, tidak ada pantai berpasir di area obyek wisata ini. Pun jika ada areanya sangat sempit dan karena lokasi obyek wisata ini berupa tebing-tebing karang yang cukup tinggi, akan sulit menjangkau bagian pantainya. Tapi pemandangan disini indah banget lhoo..

Kalau kamu sedang berlibur ke kota Bengkulu dengan waktu yang relatif singkat, tempat ini very recommended. Karena lokasinya yang cukup jauh dari pusat kota, saya sarankan kamu datang menggunakan kendaraan pribadi (mobil atau motor). Tidak harus menunggu sore hari untuk menikmati Pantai Sungai Suci ini, karena masih cukup banyak pepohonan rindang dan gazebo-gazebo yang dapat dipakai secara gratis. Pun kamu tidak perlu berbasah-basahan bermain air laut.

Obyek wisata ini menyajikan pemandangan batu karang berwarna coklat yang kontras dengan birunya air laut. Ada jembatan gantung yang menghubungkan daratan dengan salah satu gugusan batu karang nan rindang dengan pohon-pohon pinusnya.


Jembatan Gantung di Pantai Sungai Suci Bengkulu Tengah

Cukup membayar uang sebesar lima ribu rupiah perorang untuk melewati jembatan gantung menuju pulau kecil di seberangnya. Sekedar duduk-duduk sambil menikmati segarnya air kelapa muda, suara deburan ombak yang keras menghantam karang serta semilirnya angin laut akan kembuatmu terhipnotis dan melupakan hiruk pikuk area perkotaan 😁. Ada yang bilang kalau Pantai Sungai Suci ini adalah Tanah Lot-nya Bengkulu.

Pantai Sungai Suci Bengkulu

Setelah puas menikmati alam di Pantai Sungai Suci, kamu yang masih punya waktu berlibur banyak di Bengkulu dan ingin main air, bisa bergeser sedikit dari pantai ini menuju ke sebuah waterboom dan taman rekreasi yang populer di Bengkulu Tengah, yaitu Wahana Surya. Area ini sering digunakan sebagai wisata outbound dan rekreasi air bagi wisatawan setempat maupun luar kota.

Rekomendasi wisata pantai terakhir di kota Bengkulu, adalah menyewa perahu bermotor menyeberangi Samudera Hindia menuju Pulau Tikus. Berhubung penulis belum pernah kesana (karena punya baby dan lanjut hamil anak kedua), jadi tidak ada foto-foto dan review mendetil. Pulau Tikus sudah terlihat dari pesisir Timur Bengkulu. Akses terdekat adalah dari Pantai Panjang. Di pinggir jalan raya tepi Pantai Panjang ada beberapa agen tour yang menyediakan penyewaan perahu bermotor dan guide menuju Pulau Tikus. Biaya yang dikeluarkan sekitar Rp. 500.000 untuk satu perahu, yang bisa kamu naiki bersama 4-5 orang temanmu.


Demikianlah review wisata pantai di kota Bengkulu versi saya. Di lain kesempatan saya akan membahas wisata sejarah di kota Bumi Rafflessia ini. Terima kasih sudah berkenan membaca 😁