Monday, August 19, 2013

[mumpung masi Syawal] Selamat Idul Fitri

Entah ada pembacanya entah tidak, pokoknya untuk semua kata-kata yang kurang berkenan, salah ketik, salah opini, salah curhat, salah copy foto, dan lain-lain, saya memohon maaf lahir dan batin ya all..



A Courage to Start

Dalam kurun kurang dari satu tahun ini saya bertemu ratusan mahasiswa baru. Semuanya mengambil matakuliah yang berhubungan dengan matematika maupun pendidikan. Sebagian di antaranya menekuni matematika karena berpandangan bahwa bidang ini dapat menjadi sebuah profesi baginya kelak. Sementara tidak sedikit dari sebagian yang lain mengikuti perkuliahan matematika karena kurikulum tempatnya belajar memuat matematika sebagai salah satu bidang ilmu yang harus diampu.

Tak terkecuali di Fakultas Ilmu Komputer, matematika menjadi salah satu dari beberapa matakuliah yang harus ditempuh. Semester lalu saya diikutkan ke dalam tim pengajar matakuliah Kalkulus bersama dosen senior lainnya. Lagi, semester pendek ini pun saya mengajar matakuliah Matematika di fakultas tersebut. 

Matematika di kelas manajemen informatika hanya diminati oleh sebagian kecil mahasiswanya. Mereka terlihat antusias belajar mungkin karena memiliki minat tersendiri terhadap matematika sejak di bangku sekolah dulu, mungkin juga karena mereka menginginkan sebuah huruf bagus di transkrip nilainya lulus nanti. Sebagian yang lain terlihat memperhatikan namun ketika ditanya pertanyaan yang telah diulang-ulang tetap saja tak mengeluarkan sepatah kata. Sebagian lagi sibuk dengan bermain gadget diam-diam, atau mengobrol kecil yang cukup mengganggu kelangsungan belajar kelas.

Satu dua pertanyaan mudah dengan tipe serupa diberikan berulang kali. Pun sebagian besar mahasiswa kesulitan. Lembar jawabannya kosong. Beberapa terlihat mencoba namun tak menemukan jawaban, beberapa lainnya terlihat sama sekali tidak ambil pusing dengan pertanyaannya, malah serta merta berkomentar kalau soalnya terlalu sulit.

Yang saya lihat, sebagian dari mereka yang mengatakan sulit bahkan sama sekali belum terlihat seperti sedang berpikir atau mengerjakan soal. Misalnya dalam menyelesaikan soal yang berkaitan dengan pola bilangan, mahasiswa diminta untuk menentukan jumlah 20 suku pertama dari sebuah deret aritmatika,
1, 3, 5, 7, 9, ...
Sebenarnya ada banyak cara untuk menyelesaikan soal tersebut. Semua orang bisa menyelesaikannya, bukan hanya mereka yang mendapatkan nilai tinggi untuk matapelajaran matematika di pendidikan menengah. Dengan satu persatu mendaftar bilangan hingga bilangan ke-20 lalu menjumlahkannya, tentu permasalahan selesai. Atau mungkin cara lain, dengan mengamati pola hasil penjumlahan beberapa bilangan, kita akan menemukan pola bahwa jumlah n bilangan pertamanya sama dengan kuadrat dari n.

Ambil saja dua bilangan pertama, jika dijumlahkan hasilnya adalah 4, atau 2 pangkat 2.
Tiga bilangan pertama, jika dijumlahkan hasilnya adalah 9, atau 3 pangkat 2.
Empat bilangan pertama, jika dijumlahkan hasilnya adalah 16, atau 4 pangkat 2.
Dan seterusnya, sehingga jumlah dari 20 bilangan pertama adalah 20 pangkat 2, yaitu 400.

Beberapa mahasiswa tidak mau memulai. Mulai mencari solusi dari apa yang mereka ketahui terlebih dahulu.

Kadang kita merasa bahwa sesuatu yang belum pernah kita alami terlihat susah. Tapi ketahuilah, kadang sesuatu yang kita takuti tidak seseram yang kita bayangkan. Mulai, lanjutkan, selesaikan!