Thursday, October 13, 2016

Expecting #2

Ternyata waktu bisa terasa lama sekaligus singkat secara bersamaan. Lama ketika hari-hari sebagian besar dihabiskan di rumah saja bersama anak pertama, yang terasa seperti itu-itu-melulu. Singkat ketika menyadari anak pertama sudah dua tahun dan sudah tidak ng-ASI lagi.

And the good news is, yes, I'm expecting for the second time. Gimana rasanya? Very happy and very blessed. Pertama karena bisa start hamil ketika si sulung udah sukses disapih. Kedua, karena kehamilan kedua ini memang ditunggu-tunggu sejak sekitar 5 bulan yang lalu.

Flashback ke jaman pacaran dengan Pak Dep. Once upon a time kita emang pernah merencanakan bagaimana kelak kehidupan pasca menikah. Bagian pengen punya anak berapa dan kapan, aku waktu itu pengen 2 sebenernya, tapi Pak Dep pengen 3, dan akhirnya aku ngalah oke 3 maksimal. 25+ usia menikah dan aku berharap usia 26 anak pertama lahir (Alhamdulillaah it's granted!), dan sekitar 3 tahun kemudian saat aku usia 29 anak kedua lahir (I do want it happen now!). Sehingga beberapa hari yang lalu saat test pack menunjukkan dua garis merah, aku seneng banget! Alhamdulillaah, You Hear my words, My Lord!

I realize that words still can't show how happy I am. Ya Rabb Yang Maha Agung, Maha Mengetahui. Engkau tentu tahu bahwa aku dan suami akan dapat menjaga titipan-Mu yang kedua. Sehingga Engkau beri kepercayaan lagi kepadaku untuk hamil. Mudahkan dan lancarkan, Ya Rabb. Mudahkan proses kehamilan hingga melahirkan. Berikanlah kesehatan keselamatan kepadaku dan buah hatiku. Aamiin aamiin Ya Rabbal 'Alamiin..

Dari sini aku tahu, bahwa apa yang kita ucapkan bisa menjadi doa. Percakapan 3-4 tahun yang lalu, diucapkan via telepon, dan sebenarnya tidak terlalu aku ingat. Ternyata semua Dicatat oleh Sang Maha Pengingat.

Have a happy pregnancy! 😍

Saturday, September 24, 2016

Awal Sapih

Bisa dibilang hari perdana sapih Danish, karena hari ini Danish betul2 stop asi.. rencana awal sebenernya ngga mau frontal stop asi.. pengennya bertahap.. mulai dari ngurangi frekuensi asi siang hari, stop asi siang hari, sampe akhirnya betul2 stop asi siang malam..

Hari Selasa 20 Sept kemarin sebenernya udah mulai ngurangi asi siang hari.. Selasa-Rabu Danish udh bisa asik main siang hari, sampe akhirnya cuma minta asi pas mau tidur siang.. sebelumnya dia jg udh dikenalin UHT, dan kmrn sempet seneng jg krn dia ambil susu kotak sendiri dan diminum sendiri sampe habis 2 kotak kecil..

Tetiba Rabu sorenya dia panas.. emaknya ngga tega buat lanjutin proses sapih karena si bayik nafsu makannya menurun drastis.. akhirnya Rabu dan Kamis malem hampir ngga putus asi..

Puncaknya Jumat malem.. panasnya Danish udah turun, suhu badannya udah nyaris normal lagi.. aku yang udah kelelahan banget ngasi malem itu (dan jg malem sebelum2nya), karena nyaris tiap satu jam sekali Danish bangun tengah malem dan minta asi.. lamanya ngasi juga nggak cukup 10-15 menit.. kadang sampe aku tertidur hingga kebangun lagi masih diempeng juga.. akhirnya Sabtu dini hari Danish minta asi aku alihkan minum air putih atau susu.. anaknya meronta2 dan nangis minta asi sampe sekitar satu setengah jam.. saat itu asinya emang udah kering karena dimimik terus, jadi menurutku minum air putih atau susu adalah pilihan terbaik.. akhirnya Danish berhasil tidur lagi tanpa asi.. eeh.. sejam kemudian kebangun lagi dan nangis lagi.. tapi ngga selama sebelumnya, kali ini digendong2 sebentar terus tidur..

Siang harinya, mungkin dia udah merasakan kalo merengek2 minta asi bakal useless.. aku juga terus kasih pengertian kalau sekarang Danish sudah besar, dan sudah nggak minum asi lagi.. akhirnya dia lebih sering minta minum air putih.. dan entah kenapa, tetiba dia ngga mau minum susu.. sejak panas kemarin.. tapi melihat kuantitas pipisnya Danish, aku rasa minumnya udah lumayan cukup.. jadi aku lanjutkan proses sapih..

Sapih siang berhasil.. meski anaknya masih agak lemes2 pasca pemulihan demam.. sampe malem ini juga masih aman sapihnya saat diajak foto sambil beli donat di bakery kesenengannya (aslinya bakery kesenengan emaknya 😅)..

Tapiii.. drama minta asi dimulai lagi malem saat perjalanan pulang di dlm mobil. Nyaris goyah emaknya dan pengen ngasih asi. Tapi suami meyakinkan kalau this is it. Sekaranglah waktunya buat sapih. Sesampainya di rumah, Danish digendong2 dan akhirnya tidur.

Berat sih awal sapih gini. Nggak tega, males repot ngadepin rewelnya, nyari2 cara buat bikin si bayik tidur, dan sebagainya. Tapi setiap ibu menyusui pasti mengalaminya. Iya, sooner or later sapih pasti tiba, dan nyaris tidak ada yang lulus sapih mulus tanpa drama. Jadi, emang kudu setrong.

Mama papa love you, anakku.. walaupun mama udah nggak kasih asi, mama sayaaang banget kok sama Danish.. selalu.. tumbuh sehat dan makin pinter ya nak.. 😙😙

Wednesday, July 27, 2016

Sehelai Memori

Jika memang ada, ingin sekali rasanya memiliki sebuah pensieve, ramuan ajaib, serta sehelai rambut yang bisa digunakan untuk menyimpan atau sekedar berjalan-jalan kembali ke masa lalu. Beberapa terasa seperti masih sangat dekat, seolah baru kemarin.

Waktu itu saya dan mahasiswa baru lainnya sedang mengikuti kelas Kalkulus I. Suasanya kelas tampak lengang, sebagian besar mahasiswa hanya menunduk dan hampir tidak ada yang berani menjawab pertanyaan dosen pengajar. Yang terdengar hanyalah derap sepatu kulit warna hitam sang dosem yang berjalan cepat di depan kelas, lalu ke belakang, lalu kembali lagi ke depan. Sambil terus berbicara dengan penuh semangat, lalu mengulang beberapa pertanyaan. Pertanyaan yang tidak ada variabel x, y, atau z-nya, tidak juga ada kata limit, turunan, maupun integral. Tidak ada angka.

Sama seperti mahasiswa lain, saat itu saya kesulitan mengikuti arah pembicaraan sang dosen. Seperti sedang menghubung-hubungkan tentang materi yang akan dipelajari, juga memotivasi, juga disertai pertanyaan-pertanyaan singkat yang sepertinya sepele tapi entah kenapa terasa begitu susah dan tidak ada satupun yang menjawab. Tapi saya yakin pasti banyak yang ingin disampaikan sang dosen, hingga suaranya terdengar secepat derap sepatunya saat berjalan di dalam kelas. Sangat bersungguh-sungguh.

***

Lama berselang, di suatu kesempatan berbeda beberapa tahun kemudian. Masih terasa hangatnya tumpukan kertas setelah keluar dari mesin fotokopi. Berpacu dengan waktu yang semakin malam, sementara sidang akhir tinggal menghitung jam. Dengan penuh harap saya hubungi sang dosen agar bersedia ditemui dan membaca hasil kuliah saya selama dua tahun, sebelum diuji keesokan harinya. Akhirnya draft tesis berhasil saya serahkan.

Keesokan harinya sebelum sidang, draft tesis saya telah menjelma penuh catatan dan lipatan-lipatan. Nyaris dari awal sampai akhir section ada catatan dari sang dosen. Kecewa? Tidak! Sama sekali tidak. Dibandingkan dengan euforia lulus sidang dengan nilai A yang diumumkan hari itu juga, catatan-catatan dari sang dosen adalah yang paling berkesan. I don't know why, but that means a lot to me.

***

Bulan-bulan berikutnya saya dapat kesempatan untuk belajar mengajar di beberapa kelas sang dosen. Sementara saya duduk memperhatikan layaknya seorang mahasiswa baru, saya dengar kembali derap sepatu kulitnya. Suasana kelas yg mendadak lengang. Suaranya yang cepat secepat langkah kakinya. Dengan pertanyaan-pertanyaan yang hampir tak satupun mahasiswa mampu menjawab.

Tidak seperti beberapa tahun lalu, kali ini saya lebih paham. Pertanyaan-pertanyaan sang dosen tidak sulit. Mudah dijawab. Dan setiap kali memulai pelajaran selalu disertai dengan kata-kata motivasi yang apik. Mungkin dulu saat sedang menjadi mahasiswa baru saya belum betul-betul terbuka hati dan pikiran untuk dididik. Tapi kali ini saya tahu, he's the real teacher!

Sunday, June 5, 2016

Perlukah Memaksakan Anak untuk Makan?

Mohon maaf sebelumnya jika isi tulisan saya bertentangan dengan apa yang Anda yakini sebelumnya. Harap dibaca dengan pikiran terbuka. Keep smile 😄

---

Belakangan di timeline Facebook banyak yang share sebuah postingan tentang cara menyikapi anak yang tidak mau makan nasi. Mereka sebut anak bule. Anak bule yang diceritakan ini memiliki kecenderungan lebih suka makan makanan non-nasi, seperti roti dan buah. Kesukaannya terhadap makanan non-nasi inipun didukung oleh pendapat dokter anak yang membolehkan anak memakan makanan tersebut.

Saya setuju. Saran dokter tersebut bagus banget. Karbohidrat bisa ditemukan dari makanan lain selain nasi. Protein, lemak, dan vitamin serta mineral pun banyak macamnya di alam kita ini. Silahkan makan apa saja yang disukai, ASALKAN BERNUTRISI.

Namun sayangnya beberapa masyarakat yang merespon postingan ini mengambil kesimpulan berbeda dengan apa yang saya yakini. Beberapa membenarkan sikap anaknya yang hanya mau makan satu makanan tertentu, sebut saja pisang. Beberapa ada yang membiarkan anaknya tidak makan sampai dia minta makan sendiri.

Maaf saya ingatkan, membiarkan anak tidak makan dengan membiarkan anak memilih makanan yang disukainya itu berbeda, ibu-ibu.

Membiarkan anak tidak makan untuk waktu yang cukup lama dapat memicu peningkatan asam lambung, karena lambung terlalu lama kosong tanpa ada yang dicerna. Sementara hanya memberikan satu atau dua jenis makanan tertentu dalam waktu yang cukup lama dapat mengakibatkan anak kekurangan asupan nutrisi yang penting untuk tumbuh kembangnya.

---

Kesukaan terhadap makanan tertentu mungkin memang naluriah terbentuk. Tapi kebiasaan dan sikap untuk menghargai semua makanan yang telah disajikan sangat mungkin untuk ditanamkan sejak dini.

Ada benarnya nasihat orang tua terdahulu, tatkala anak atau cucunya susah makan. "Ditelateni." Iya, telaten kuncinya. Mari ibu-ibu, jika beberapa anak kita tidak suka nasi, ganti dengan roti atau jagung atau lainnya. Jika tidak suka ayam goreng, ganti dengan nugget ayam. Jika tidak suka wortel yang disayur, ganti dengan jus wortel. Jika tidak suka brokoli, ganti dengan sayur bayam atau sumber protein dan zat besi lainnya.

Salam semangat dari ibu yang juga terus belajar serta berdoa agar sang anak tumbuh sehat, sholeh, dan ceria. Aamiin.

Saturday, June 4, 2016

The Road not Taken

Tetiba keinget dengan puisi terkenal yang disampaikan Professor saya dulu, kemudian berpikir, did I take the one less travelled by?

Masih, sampai kini, di usia dimana kebanyakan orang sudah memiliki pekerjaan dan karir yang matang, saya bertanya-tanya, mau jadi apa saya nanti?

Pernah suatu ketika saya membayangkan menjadi seorang ibu rumah tangga sekaligus bussinesswoman dengan sebuah clothing line pakaian bayi dan anak. Telaten mengurus bisnis sambil tetap dekat dengan anak. Mengantar jemput, meluangkan waktu untuk menemui gurunya di sekolah sekedar untuk memantau pergaulan dan perkembangannya. Menemaninya les musik atau berenang. Berkenalan dengan teman-temannya. Ah, sungguh indah dapat selalu menemani dan memantau si buah hati. So sweet.

Pernah juga saya membayangkan akan menjadi seorang wanita karir yang bekerja from 8 to 5 di sebuah kantor negara. Dimana waktu paginya saya sempatkan mengantar anak sekolah, dan siangnya di sela-sela waktu istirahat bisa mengajak anak makan siang bersama. Kemudian mencarikan tempat les sekaligus taman bermain untuknya di siang hingga sore hari sambil menunggu mamanya pulang kerja. Serta mengajak seorang kerabat terpercaya yang mampu mengawasi anak beberapa jam di rumah serta mengerjakan sebagian pekerjaan rumah. Aaah what a hectic but challenging day.

Pernah juga saya membayangkan kelak memiliki sebuah sekolah atau yayasan atau tempat bimbingan belajar dimana nanti anak saya ikut belajar disana. Kurikulumnya saya susun sedemikian rupa sehingga anak dapat belajar tanpa beban. Penuh ceria dan antusias menerima ilmu baru. That would be fun!

Jalan di depan masih panjang. Mungkin saja indah, mungkin sedikit terjal. Menyisakan beribu pertanyaan tentang apa yang akan saya temui disana nanti.

--Bengkulu menjelang Ramadhan--