Kaget juga, saat menyadari bahwa hari ini saya kehilangan satu jam yang begitu berharga. Satu jam yang seharusnya bisa saya pergunakan untuk membuat essay tiga halaman. Satu jam yang seharusnya bisa saya pergunakan untuk tidur lebih lama lagi. *lho.
Ya, secara klinis, satu hari yang konon katanya 24 jam itu tidak berlaku di hari ini. Hari ini, tanggal 27 Maret 2011, satu hari sama dengan 23 jam. Kaget sodara-sodara?
Kata mereka, ada yang namanya Daylight Saving Time (bisa dilihat juga di Wikipedia berbahasa Indonesia). Yang jika diartikan perkata, artinya adalah 'waktu yang menyimpan cahaya siang hari'.
Tahukah Anda, di negara-negara empat musim, saat musim semi atau musim panas tiba, maka siang hari akan lebih lama dibandingkan malam hari. Matahari terbit lebih cepat dan terbenam lebih lambat. Untuk menyesuaikan dengan jam kerja dan jam sekolah, maka diputuskannyalah untuk mempercepat waktu menjadi satu jam lebih cepat.
Coba di Indonesia, secara umum, matahari terbenam (waktu maghrib) sekitar jam 6 sore sampe jam 6.30 sore (waktu Indonesia yang saya maksud disini adalah WIB yaa). Kalau disini teman, maghrib hari ini jadi pukul 7.50 malem! Ebuset.
Jadi pagi tadi saya terkejut lantaran jam di laptop saya dan jam dinding jadi nggak sinkron. Jam dinding dan jam hape sama-sama menunjukkan pukul 9 pagi, sementara jam di laptop sudah pukul 10 pagi. Saya klik deh bagian pojok kanan bawah laptop yang menunjukkan waktu. Ternyata ada tulisan gini,
"Daylight Saving Time began on Sunday, March 27, 2011 at 2.00 AM. The clock went forward 1 hour at that time."
Ya ya ya, lalu googling, lalu saya manggut-manggut sendiri. Dalam hati saya mengumpat, "dasar katro!"
No comments:
Post a Comment