Monday, September 20, 2010

September Hujan, September Menggapai Impian

"I'm living my dream, not dreaming my life"

Quote tersebut membuat saya berpikir, dapatkah saya?

Let me dream for a moment, saya memimpikan bulan Februari nanti akan berada di negeri kincir angin, belajar di salah satu universitas terkemuka disana, menikmati indahnya bunga-bunga tulip (mungkin bulan Februari tulip belum mekar yak), memakai baju dingin tebal, tak mampu jauh-jauh dari heater, berusaha beradaptasi dengan musim dingin. Is it such a kind of dreaming my life?

Sekitar enam tahun lalu, when I was a third year student of senior high school, saya bermimpi menjadi mahasiswa fakultas kedokteran, lalu menjadi dokter, mengambil spesialisasi, sukses dengan profesi yang saya jalani. In fact, I couldn't live in that kind of dreams.

Gagal menjadi mahasiswa kedokteran, saya kembali berfikir, mau jadi apa saya nanti?

Untungnya pada waktu itu, semua berjalan seperti lagu ini,
When I was just a little girl, I asked my mother what will I be? Will I be pretty, will I be rich? It's what she said to me, "Que sera, sera, whatever will be, will be, the future is not ours to see, que sera, sera"...

Semua memberikan dukungan kepada saya, memberikan nasihat, memberikan saran. Saya kembali merajut mimpi. Menjadi mahasiswa pendidikan matematika, menjadi dosen pendidikan matematika, mendirikan taman belajar matematika bagi siswa, membuat pelajaran matematika menyenangkan bagi siswa, menuntut ilmu setinggi-tingginya, bermanfaat bagi orang lain, sukses menjalani karir di dunia pendidikan. (besides, I also want to have a great wedding party with a great person)

Sekarang apakah saya boleh bilang, I'm living my dream? Boleh bangga, in my graduation ceremony, I was the best student from mathematics education in my university. Di saat beberapa teman saya kesulitan mendapatkan pekerjaan, saya mendapatkan tawaran menjadi asisten dosen, mengajar mahasiswa. Dan sekarang, saya mendapatkan kesempatan melanjutkan studi saya di program master, dengan label internasional pula.

Ya, itu sebagian mimpi-mimpi yang sudah saya cicipi. Tentu saya tidak lantas mengangkat kepala setiap kali berpapasan dengan orang-orang. Serta merta saya dengan sadar mengingat, masih banyak sekali orang di luar sana yang jauh lebih baik dari saya.

Senang, bangga, bahagia. Mungkin akan ada kenikmatan tersendiri ketika kita berada di kondisi seperti apa yang kita impikan.

Baiklah, saya akan terus bermimpi, lalu berusaha untuk mewujudkannya.

No comments:

Post a Comment