Saturday, June 4, 2016

The Road not Taken

Tetiba keinget dengan puisi terkenal yang disampaikan Professor saya dulu, kemudian berpikir, did I take the one less travelled by?

Masih, sampai kini, di usia dimana kebanyakan orang sudah memiliki pekerjaan dan karir yang matang, saya bertanya-tanya, mau jadi apa saya nanti?

Pernah suatu ketika saya membayangkan menjadi seorang ibu rumah tangga sekaligus bussinesswoman dengan sebuah clothing line pakaian bayi dan anak. Telaten mengurus bisnis sambil tetap dekat dengan anak. Mengantar jemput, meluangkan waktu untuk menemui gurunya di sekolah sekedar untuk memantau pergaulan dan perkembangannya. Menemaninya les musik atau berenang. Berkenalan dengan teman-temannya. Ah, sungguh indah dapat selalu menemani dan memantau si buah hati. So sweet.

Pernah juga saya membayangkan akan menjadi seorang wanita karir yang bekerja from 8 to 5 di sebuah kantor negara. Dimana waktu paginya saya sempatkan mengantar anak sekolah, dan siangnya di sela-sela waktu istirahat bisa mengajak anak makan siang bersama. Kemudian mencarikan tempat les sekaligus taman bermain untuknya di siang hingga sore hari sambil menunggu mamanya pulang kerja. Serta mengajak seorang kerabat terpercaya yang mampu mengawasi anak beberapa jam di rumah serta mengerjakan sebagian pekerjaan rumah. Aaah what a hectic but challenging day.

Pernah juga saya membayangkan kelak memiliki sebuah sekolah atau yayasan atau tempat bimbingan belajar dimana nanti anak saya ikut belajar disana. Kurikulumnya saya susun sedemikian rupa sehingga anak dapat belajar tanpa beban. Penuh ceria dan antusias menerima ilmu baru. That would be fun!

Jalan di depan masih panjang. Mungkin saja indah, mungkin sedikit terjal. Menyisakan beribu pertanyaan tentang apa yang akan saya temui disana nanti.

--Bengkulu menjelang Ramadhan--

No comments:

Post a Comment