Tuesday, June 18, 2013

Sev Tea [multitafsir agaknya]

Ini hari kedua Ibuk mengunjungi saya dan adik. Sehari sebelum Ibuk datang, saya mampir ke sebuah toko kelontong yang ada di pasar tradisional, membeli sebungkus teh kesukaan Ibuk. Nyebut merk ini ya, maap, namanya Teh Cap Botol. Sejak dulu teh cap botol ini menemani menu sarapan pagi Ibuk dan Bapak. Selalu ada setiap hari. Salah satu yang khas di pagi rumah kami.

Gambar diambil dari sini.


Teh cap botol ini berisi daun-daun teh dan bunga melati kering. Untuk membuatnya cukup diseduh dengan air panas dan ditambah gula pasir sesuka selera. Pokoknya nggak ada yang bisa menandingi aroma teh yang satu ini. Aromanya menenangkan, hehehe bukan iklan loh ya. Aromanya memang wangi dan segar. Rasa tehnya pun legit, terasa banget. 

Teh dari daun-daunan kering yang disiram air panas itu kata Ibuk namanya teh tubruk. Sayangnya teh tubruk lama kelamaan rasanya agak pahit, mungkin karena daunnya terlalu lama direndam. Untuk menikmatinya pun sedikit repot karena harus menyisihkan daun-daun kering yang mengambang terlebih dahulu, serta butuh kehati-hatian saat meminum supaya daun teh yang mengendap tidak ikut terminum. 

Beranjak dewasa, setelah mengenal berbagai teh instan, kesukaan saya berubah. Teh yang bisa langsung diminum ataupun teh celup yang pembuatannya lebih praktis dan tanpa ampas terkesan lebih 'muda', lebih modern. Kesannya simple, cocok diminum hangat ataupun dingin. Yang beraroma wangi dan berasa tehnya juga makin banyak pilihannya. Salah satu lagi yang berkesan adalah teh hijau yang dulu sempat menghangatkan badan selama saya tinggal di negara kincir angin. Maap nyebut merk lagi, adalah Groene Thee Pickwick. Di Indonesia beli dimana kira-kira?
Gambar diambil dari sini


Pagi tadi, lagi-lagi saya mencium aroma khas teh cap botol. Cita rasa dan wanginya masih sama seperti dulu. Memikat. Menyegarkan. Seperti di rumah.

No comments:

Post a Comment