Kamu mengingatkanku dengan dua hal itu, yang -jujur- beberapa minggu ini saya lupakan. Bukan, sesungguhnya bukan sejak beberapa minggu belakangan. Lebih bahkan.
Ingat dulu. Semangat dan kerja keras itu tinggi terpatri dalam setiap langkah yang sedang dan akan saya lalui. Seperti bagaimana saya harus belajar keras di kelas tiga SMA, menyesuaikan kemampuan akademik dengan teman-teman satu kelas, dimana saya pada saat itu adalah seorang siswi baru dari sekolah 'kampung' yang ketinggalan pelajaran. Setiap jam 7 malam, tanpa dikomando ibu bapak, saya yang pada saat itu sudah mulai indekos selalu mendisiplinkan diri untuk siap di meja belajar, sampai jam 10 malam. Siangnya saya mengikuti kegiatan les di sekolah, lalu sorenya les di luar sekolah. Tujuan utama saya waktu itu adalah bisa menjadi mahasiswa kedokteran.
Semangat dan kerja keras tetap terpupuk walaupun saat itu saya tidak berhasil menjadi mahasiswa kedokteran. Menjadi professional dan mampu mengabdikan diri kepada masyarakat bukan hanya dapat dilakukan seorang dokter, bukan? Saat itulah dulu saya mencoba membuat peta hidup baru. Mencoba menggali lebih dalam bidang yang saya kuasai. Menyusun mimpi sedikit demi sedikit. Membuat rencana prior untuk beberapa tahun ke depan sekaligus mempersiapkan back-up plans selanjutnya. Lalu berusaha seoptimal mungkin meraih mimpi-mimpi itu.
Optimistis. Dulu saya punya itu. Entah sejak kapan kata itu seperti tak mau dekat-dekat saya lagi. Saya sadar, di bidang yang tengah saya tekuni sekarang pun saya memiliki banyak kekurangan. Dengan semangat dan kerja keras, saya dulu menjaga keoptimisan yang bergulir di kehidupan saya. Namun entah mengapa, dalam beberapa hal sekarang saya melupakan yang dua itu, sedikit pesimistis dengan rencana-rencana yang semula sudah pernah saya susun rapi dan ingin saya capai. Semua itu terasa bertentangan dengan rencana-rencana baru yang juga ingin saya wujudkan. Beberapa kali kata tanya semacam mungkinkah, apakah dan bagaimana telah menahan langkah saya. Mungkinkah rencana-rencana dulu dapat saya raih? Bagaimana jika tidak? Bagaimana meraihnya? Apakah saya benar-benar ingin meraih rencana-rencana baru itu? Mungkinkah rencana-rencana lama dan baru dapat berjalan selaras? Apakah yang harus saya prioritaskan? Bagaimana jika semua prioritas? Apakah rencana-rencana baru yang terkesan 'diburu-buru' dapat berjalan lancar?
Jika kedua rencana lama dan rencana baru begitu bertentangan, semangat dan kerja keras terasa seperti mempermudah salah satu, namun mempersulit satunya. Mungkinkah saya meraih semuanya dengan semangat dan kerja keras yang lebih bersemangat dan lebih keras?
No comments:
Post a Comment