Satu lagi siswa privatku rumahnya di sekitar belakang SMA Methodist 1. Sekali pertemuan waktu itu dihargai 40ribu untuk siswa SD dan 50ribu untuk siswa SMA. Jika aku datang sebulan 8 kali, dan dipotong 20% untuk penyalur siswanya, maka gajiku sebulan sekitar 576.000. Merasa unfair? Iya sih, terutama karena harus dipotong 20% oleh penyalur. Tapi sebagai mahasiswa dengan jatah uang bulanan 500-600ribu, gaji segitu udah sangat besar bagiku.
Pun setelah tamat dan mendapatkan gelar S2, gaji pertamaku tidak jauh dari nominal tersebut. Saya ingat sekali nasihat salah satu dosen yang saat itu sudah menjadi rekan kerjaku, beliau mengingatkan tentang ungkapan lama, yaitu "pengalaman itu mahal harganya". Klise memang, tapi sangat mengena saat itu. "Anggap saja kamu digaji 5 juta, dimana 4 jutanya dipotong untuk membayar pengalaman". Dan Alhamdulillahnya, seiring dengan bertambahnya pengalaman, ungkapan itu menepati janjinya.
Demikianlah sedikit curahan tentang gaji pertamaku. Menurutku, kalau kamu punya skill yang luar biasa, tidak ada salahnya dengan 'menjual mahal' kemampuanmu itu. Yang salah adalah meminta mahal karena embel-embel almamatermu. Sekian 😁
No comments:
Post a Comment